Minggu, 23 Februari 2014

First Edition

First Edition
Berhati-hatilah dengan yang namanya “sahabat menjadi cinta”. Tahukah kalian? Kalau sampai itu terjadi, persahabatan kalian akan rusak. Seperti api yang awalnya membara lalu padam seketika, tanpa ada pemicu. Sungguh ironis bukan? 

Aku mengajari diriku sendiri, agar jangan sampai melakukan hal itu. Namun, aku hanyalah manusia biasa. Yang juga pasti memiliki naluri untuk menyayangi. Dengan gamblangnya, aku lancang menyayangi sahabatku sendiri. Dan bagiku, itu merupakan kesalahan terbesarku. Perdebatan hebat sempat terjadi antara kita. Tapi, pada akhirnya kita sama-sama mengalah. Mendinginkan amarah masing-masing. 

Sahabatku itu terlalu baik. Bahkan sangat baik. Aku benar-benar merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia karena memiliki sahabat seperti dia. Dia dengan mudahnya memahami. Memaafkan semua kesalahanku. Yah, walaupun tidak secara langsung aku mengatakan permintaan maaf. Tapi, dia cukup pengertian. Aku sangat dan sangat berterima kasih padanya.
Ketika aku terpuruk, dia selalu membuat tawaku kembali. Ketika aku membutuhkan saran, dia selalu memberikannya dengan sebuah ketulusan. Aku bersyukur kepada Allah SWT yang sudah memberikanku seorang sahabat seperti dia. 

Perjalanan yang cukup panjang aku mengenalnya. Basket adalah hobinya. Dia adalah sesosok orang yang sangat simple. Kesederhanaan pun ada dalam dirinya. Sampai-sampai aku belum menemukan sisi buruk yang ada dalam dirinya.
Aku selalu berdoa, agar kelak dia mendapatkan seorang wanita yang dicintainya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar